“Saya tidak menyangka selisihnya sebesar ini” – Tadej Pogačar setingkat di atas rivalnya Jonas Vingegaard pada pertarungan gunung pertama Critérium du Dauphiné 2025

Penulis:S-PO1 TV Waktu Terbit:2025-06-20 Kategori: news

## Pogaar Mengirim Pesan Mengerikan: Jurang Terlalu Lebar di Dauphin**Le Collet d’Allevard, Prancis** – “Saya tidak menyangka jurang akan selebar ini,” ucap Tadej Pogaar dengan nada rendah namun penuh makna, usai mendominasi etape ke-6 Critrium du Dauphin 2025.

Sang Juara Dunia, mengenakan jersey pelangi kebanggaannya, menunjukkan pada dunia bahwa ia berada di level yang berbeda, meninggalkan rival utamanya, Jonas Vingegaard, dalam debu pegunungan Alpen.

Fakta tak bisa dibantah: Pogaar mengungguli Vingegaard dengan selisih 1 menit 1 detik di tanjakan brutal menuju Le Collet d’Allevard.

Sebuah jurang yang, bagi seorang Vingegaard yang kita kenal sebagai pendaki tangguh, terasa bagai lembah Mariana.

Lebih dari sekadar kemenangan etape, performa Pogaar ini adalah deklarasi kekuatan, sebuah pesan mengerikan bagi rival-rivalnya menjelang Tour de France.

Sejak awal tanjakan terakhir, Pogaar menebar ancaman.

Gaya bersepedanya yang khas, agresif namun terkontrol, menunjukkan bahwa ia memiliki lebih banyak amunisi daripada yang diperkirakan.

Vingegaard, di sisi lain, tampak berjuang.

Wajahnya tegang, napasnya berat, dan setiap kayuhan sepedanya terlihat seperti siksaan.

Analisis statistik pun mendukung pengamatan ini.

Pogaar mencatatkan VAM (Vertical Ascent Meter) yang jauh lebih tinggi dibandingkan Vingegaard, menunjukkan efisiensi dan kekuatan yang superior di tanjakan.

Lebih dari itu, bahasa tubuh keduanya menceritakan kisah yang berbeda.

Pogaar tampak menikmati tantangan, sementara Vingegaard terlihat menderita.

Namun, yang lebih menarik adalah implikasi psikologis dari kemenangan ini.

Vingegaard, sang juara bertahan Tour de France, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Pogaar telah naik level.

"Saya tidak menyangka selisihnya sebesar ini" – Tadej Pogačar setingkat di atas rivalnya Jonas Vingegaard pada pertarungan gunung pertama Critérium du Dauphiné 2025

Kekalahan ini bukan hanya soal waktu, tetapi juga soal kepercayaan diri.

Bisakah Vingegaard bangkit dari keterpurukan ini dan menantang Pogaar di Tour de France?

Pertanyaan ini semakin mendesak mengingat etape ke-7 pada hari Sabtu, rute Alpen yang brutal dengan tanjakan-tanjakan legendaris seperti Col de la Madeleine.

Rute ini akan menjadi ujian sesungguhnya bagi daya tahan dan kekuatan mental para pembalap.

Jika Pogaar kembali mendominasi, maka keraguan terhadap kemampuan Vingegaard untuk menjuarai Tour de France akan semakin menguat.

Dari sudut pandang pribadi, saya merasa bahwa performa Pogaar ini adalah puncak dari evolusi seorang pembalap.

Ia telah matang, lebih kuat, dan lebih strategis.

Ia bukan lagi sekadar talenta muda yang menjanjikan, melainkan seorang juara yang haus akan kemenangan.

Sementara Vingegaard, meskipun masih merupakan pembalap yang luar biasa, tampaknya tertinggal satu langkah.

Namun, dunia balap sepeda penuh dengan kejutan.

Kita tidak bisa mengabaikan potensi kebangkitan Vingegaard.

Namun, untuk saat ini, Pogaar telah mengirimkan pesan yang jelas: ia adalah kekuatan yang harus diperhitungkan, dan jurang antara dirinya dan rival-rivalnya, termasuk Vingegaard, kini tampak terlalu lebar.

Akankah Vingegaard mampu menjembatani jurang tersebut?

Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Etape ke-7 besok akan menjadi penentu.